Profil Desa Kembangsari
Ketahui informasi secara rinci Desa Kembangsari mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Kembangsari, Musuk, Boyolali. Mengupas model agribisnis berbasis komunitas, peran vital Kelompok Wanita Tani (KWT) dalam inovasi produk olahan pertanian, serta pilar ekonomi dari peternakan sapi perah dan hortikultura di lereng Merapi.
-
Pusat Agribisnis Berbasis Komunitas
Desa Kembangsari unggul dalam mengembangkan ekosistem agribisnis dari hulu ke hilir, di mana hasil panen pertanian dan peternakan tidak hanya dijual mentah tetapi diolah secara lokal untuk meningkatkan nilai tambah.
-
Motor Penggerak Kelompok Wanita Tani (KWT)
Kaum perempuan melalui Kelompok Wanita Tani (KWT) menjadi motor utama inovasi ekonomi desa, dengan menciptakan berbagai produk olahan pangan yang berhasil menembus pasar dan menambah pendapatan keluarga.
-
Fondasi Kuat Peternakan dan Hortikultura
Seluruh inovasi desa dibangun di atas fondasi yang sangat kokoh, yakni sektor peternakan sapi perah yang produktif dan pertanian sayuran yang menjadi penopang utama kehidupan masyarakat.
Desa Kembangsari, sebuah desa yang asri di Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, merupakan contoh nyata bagaimana kekuatan komunitas dan inovasi dapat mengubah wajah pertanian tradisional. Berada di lereng timur Gunung Merapi yang subur, desa ini tidak hanya mengandalkan hasil bumi mentah, tetapi telah berevolusi menjadi pusat agribisnis berbasis komunitas yang dinamis. Yang menjadi pembeda utama ialah peran sentral kaum perempuan melalui Kelompok Wanita Tani (KWT) sebagai motor penggerak inovasi produk hilir. Profil ini akan mengupas tuntas kondisi geografis Kembangsari, modal sosialnya yang kuat, serta model ekonomi kreatif yang menjadikannya teladan bagi pengembangan ekonomi perdesaan.
Geografi Produktif di Jantung Agraris Musuk
Secara geografis, Desa Kembangsari terletak di kawasan yang sangat strategis untuk kegiatan agraris. Sebagai bagian dari Kecamatan Musuk, desa ini menempati lahan perbukitan yang subur di lereng timur Gunung Merapi. Posisinya yang tidak berada di zona risiko tertinggi memberikan stabilitas dan ketenangan bagi warganya untuk fokus pada kegiatan produksi pertanian dan peternakan secara berkelanjutan.Luas wilayah Desa Kembangsari tercatat sekitar 4,25 kilometer persegi. Berdasarkan data kependudukan hingga pertengahan tahun 2025, desa ini dihuni oleh kurang lebih 3.500 jiwa, dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar 823 jiwa per kilometer persegi. Wilayahnya berbatasan dengan desa-desa agraris lain di Kecamatan Musuk, membentuk sebuah klaster produksi pangan yang vital bagi Kabupaten Boyolali. Topografinya yang landai dan bergelombang, didukung oleh iklim sejuk dan ketersediaan air yang cukup, menciptakan kanvas ideal bagi tumbuhnya aneka tanaman sayuran dan rumput pakan ternak berkualitas.
Struktur Sosial dan Modal Komunitas yang Kuat
Kekuatan sejati Desa Kembangsari tidak hanya terletak pada tanahnya yang subur, tetapi pada masyarakatnya yang terorganisir dengan baik. Modal sosial berupa kepercayaan dan kerja sama komunal menjadi fondasi bagi setiap program pembangunan di desa ini. Kehidupan masyarakat ditopang oleh lembaga-lembaga lokal yang aktif dan berdaya, seperti Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), kelompok peternak dan terutama, Kelompok Wanita Tani (KWT) serta Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).Lembaga-lembaga ini bukan sekadar papan nama, melainkan wadah nyata bagi warga untuk belajar, berinovasi, dan memecahkan masalah bersama. Pertemuan rutin menjadi ajang transfer pengetahuan, mulai dari teknik pemupukan organik hingga strategi pemasaran produk olahan. Semangat kebersamaan ini memastikan bahwa kemajuan tidak hanya dinikmati oleh segelintir orang, tetapi dirasakan secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat, menjadikan Kembangsari sebuah komunitas yang tangguh dan solid.
Dari Ladang ke Meja Makan: Rantai Nilai Agribisnis Lokal
Perekonomian Desa Kembangsari berdiri di atas dua pilar utama yang kokoh: peternakan sapi perah dan pertanian hortikultura. Desa ini merupakan salah satu pemasok penting susu segar untuk koperasi dan industri di Boyolali. Di sisi lain, ladang-ladangnya menghasilkan beragam sayuran seperti wortel, sawi, dan tomat yang melimpah. Namun yang membuat Kembangsari istimewa ialah kemampuannya untuk tidak berhenti di tahap produksi bahan mentah.Masyarakat desa, dimotori oleh kelompok-kelompok wanitanya, telah berhasil membangun rantai nilai agribisnis yang mengolah hasil panen menjadi produk bernilai jual lebih tinggi. Susu segar tidak hanya dijual ke koperasi, tetapi juga diolah menjadi produk lezat seperti dodol susu, permen susu, dan stik susu. Sayuran yang melimpah disulap menjadi aneka keripik sayur yang renyah dan sehat. Dengan mengolah hasil bumi secara mandiri, masyarakat berhasil menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan, dan mengurangi risiko kerugian saat harga jual bahan mentah anjlok.
Perempuan sebagai Pilar Inovasi Ekonomi Desa
Jika ada satu faktor yang menjadi kunci keberhasilan agribisnis di Kembangsari, maka itu ialah peran aktif kaum perempuan. Melalui Kelompok Wanita Tani (KWT), para ibu rumah tangga yang sebelumnya hanya berperan di ranah domestik, kini tampil sebagai pilar utama inovasi dan kewirausahaan. Mereka ialah para penggerak di balik dapur-dapur produksi yang mengubah susu dan sayuran menjadi produk olahan yang digemari pasar.Kegiatan di KWT tidak hanya sebatas produksi. Para anggotanya juga aktif belajar tentang pengemasan produk yang menarik, standar kebersihan pangan (higiene), pembukuan sederhana, hingga teknik pemasaran digital melalui media sosial. Inisiatif ini memberikan dampak ganda: meningkatkan pendapatan keluarga secara signifikan dan pada saat yang sama meningkatkan kapasitas serta kepercayaan diri para perempuan di desa. Keberhasilan KWT di Kembangsari menjadi bukti nyata bahwa pemberdayaan perempuan merupakan strategi yang sangat efektif untuk mengakselerasi pembangunan dan kesejahteraan ekonomi di tingkat perdesaan.
